Notification

×

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Dialog Publik KAMMI Sumut: Demokrasi Milik Para Elit

Senin, 28 April 2025 | 2:59:00 PM WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-28T07:59:08Z

 


SIARANKABAR.COM, Medan - Demokrasi di Indonesia saat ini  demokrasinya para elit. Demokrasi di Indonesia tetap ada tapi setengahnya dimiliki para elit. Begitu juga politik kita milik para elit. (26/4)


Demikian disampaikan Pengamat Politik UIN Sumatra Utara Dr. Faisal Riza, M.A pada  paparannya dalam Dialog Publik Analisis Kritis Terhadap Kondisi 6 Bulan Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang diselenggarakan Pengurus Wilayah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PW-KAMMI) Sumatera Utara, Sabtu (26/4) di Rumoh Kupi Jalan Gajah Mada Medan.


"Proses demokrasi di Indonesia itu ada yang bilang separuh otoriter. Tetapi para akademisi belum ada yang benar-benar mengatakan demokrasi kita hancur. Kalau saya melihat bahwa demokrasi kita sekarang demokrasinya para elit. Demokrasinya tetap ada, tetapi setengahnya dimiliki para elit. Begitu juga politik kita hari ini bahwa politik kita milik para elit," jelas Faisal.


Hadir juga sebagai narasumber dalam dialog publik tersebut diantaranya, Praktisi dan Pengamat Hukum Irwansyah, S.H., M.H, dari Praktisi Pendidikan ada Putra Rajanami, S.Pd dan Kabid Kebijakan Publik (KP) KAMMI Sumut Irham S. Rambe, SH. 


Lebih jauh, lanjut Faisal bahwa atraksi-atraksi elit kita sekarang ini tidak diorkestrasi secara menarik. Sehingga cenderung bising dan kacau. Saat ini kita hanya berharap pada perubahan strategi perombakan kabinet. Orang-orang  yang berpengalaman tentu harus dimaksimalkan. 


"Peran kita sebagai mahasiswa dan masyarakat sipil tetap kita kerjakan, dengan mengontrol akrobat politik yang dipertontonkan para elit hari ini," jelasnya.


Pengamat Hukum Irwansyah, S.H., M.H dalam paparannya mengatakan, hukum tidak terbentuk begitu saja tapi ada proses politik yang harusnya tidak boleh menyampingkan hukum yang sudah ada. Akan tetapi dalam praktiknya sering sekali hukum dan etika diabaikan sehingga proses politik terjadi penyimpangan dalam tujuan hukum yang harusnya memiliki kepastian, keadilan dan kemanfaatan.


"Pengalaman hukum kita masih berorientasi pada kekuasaan bukan pada apa yang menjadi tujuan hukum, yaitu kepastian, keadilan dan kemanfaatan. Keadilan hukum masih jauh dari harapan. Persoalan budaya hukum kita tidak menimbulkan dominasi keadilan publik. Budaya hukum kita masih rendah," ujar Irwansyah 


Sementara itu Praktisi Pendidikan Putra Rajanami, S.Pd dalam paparannya menyoroti masalah kualitas pendidikan di Indonesia. Menurutnya, masih ada sekitar 26 persen fasilitas pendidikan yang harus diperbaiki. Begitu juga dengan kualitas tenaga pendidik kita juga harus mendapat perhatian. 


"Saat ini pemerintah sedang fokus pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyedot anggaran besar. Sementara itu, masih banyak sektor lain yang perlu mendapat perhatian seperti misalnya dalam pendidikan masih ada 26 persen fasilitas pendidikan yang harus diperhatikan," ungkap Putra.


"Begitu juga dengan kualitas peserta didik juga harus diperbaiki. Sebab tidak ada jaminan para peserta didik yang tersentuh program MBG, kualitas pendidikannya juga baik," lanjut Putra. 

 

Belum lagi persoalan kurikulum, menurut Putra Rajanami bahwa kurikulum merdeka ini belum ada dampaknya. Berubah kurikulum, pendidikannya masih sama. 


"Harapannya kurikulum tidak perlu berubah-ubah karena para peserta didik jadi korban kurikulum yang sering berubah. Inkonsistensi pemerintah dalam membuat kurikulum yang permanen menjadikan sistem pendidikan kita jalan di tempat," tutup Putra. 


Kabid Kebijakan Publik (KP) KAMMI Sumut, Irham S. Rambe, S.H dalam pemaparannya menjelaskan, kita lihat hari ini komunikasi politik Presiden Prabowo dengan Kabinetnya belum maksimal. Untuk itu tugas kita bersama untuk mengkritisi hal-hal yang belum berjalan maksimal demi terwujudnya pemerintahan yang berpihak pada rakyat. 


"Saya melihat  komunikasi politik Presiden Prabowo dengan Kabinetnya belum maksimal, apakah para kabinetnya tidak mampu menerjemahkan pemikiran presiden atau hanya menerjemahkannya secara  pribadi saja bukan kemauan Presiden. Ini masalah serius pada Kepemimpinan bangsa ini," ujar Irham.


Sebelumnya, Ketua PW KAMMI Sumut Wira Putra, S.S dalam sambutannya mengatakan bahwa beberapa waktu lalu pada 100 hari kerja presiden Prabowo kita memberikan apresiasi pada pemerintahan Prabowo. Hari ini momentum 6 bulan pemerintahan Prabowo kita ingin menganalisis evaluasi dan memberi masukan terhadap program yg telah berjalan seperti Makan Bergizi Gratis (MBG).


Begitu juga dengan efisiensi anggaran yang masuk kedalam segala aspek, termasuk aspek pendidikan. Mahasiswa harus turut mengawal bagaimana efisiensi bisa berjalan maksimal.


"Pada dialog ini kita coba menganalisa kembali untuk memberikan masukan, karena kita melihat hari ini adanya kelemahan di sektor ekonomi. Begitu juga dengan aspek demokrasi yg mengalami penurunan," tutup Wira. (Septian Hernanto)


Editor: Meiji001

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update